
Potret sebuah keluarga Belanda di Indonesia dengan seorang pembantu. (Foto koleksi Museum Tropen Belanda)
Kata babu yang berarti pembantu berasal dari kata baboe dalam bahasa Belanda. Di masa kolonial, peran babu sangat penting dalam keluarga Belanda yang menetap di Indonesia. Seorang babu biasanya bertugas menjaga dan menemani anak-anak majikannya.
Dalam buku Dutch cultures overseas, Frances Gouda menulis:
Dalam konteks yang lebih pribadi, Paula Gomes, dalam bukunya yang mengharukan, Sudah, laat maar (Sudah, Biarkanlah), menulis dengan sangat cermat dilema yang dihadapi seorang gadis muda dalam menerima ketidaksetaraan hubungan dengan pembantunya yang biasa tidur di tikar di samping tempat tidurnya. Dia ingat ketika suatu saat ia duduk di tempat tidur sambil melihat buku bergambar indah, ia meminta si baboe duduk di sampingnya supaya mereka bisa melihat buku itu bersama-sama. Tetapi, baboe itu tetap duduk di tikarnya di lantai, menggelengkan kepala dan tersipu: “Baboe tempatnya di bawah, di lantai…” dan sekalipun sempat terlintas di benak saya: mengapa, betulkah? Saya terima saja hal itu.
(Foto: Koleksi Museum Tropen, Belanda)
knowing that what they called baboe were my ancestors, it made me wanna cry. why?
until now, why?
why?
The term “baboe” is never used again in Indonesia as it seemed demeaning. People now use “pembantu” or “bibi” to call their maids or nannies. They also now use “pesuruh” and “tukang” to replace “jongos” and “koeli” that were used by Dutch during the colonization era.
I wrote “baboe” in this post to remind Indonesian people that Dutch, who lived here during the era, used their own words to disparage natives.
I think this site holds some really wonderful information for everyone :D. “Experience is not what happens to you it’s what you do with what happens to you.” by Aldous Huxley.
Thanks for your comment. Nice quote!
tulisan yang singkat tapi bikin trenyuh yang membacanya…
Baboe,pembantu,jongos, koeli, etc. cause inferior to indonesia people…