Ini adalah kisah tentang tiga tentara Belanda yang ditawan oleh Jepang di kamp tahanan militer Cimahi, Jawa Barat, pada masa Perang Dunia II (1939-1945). Kisah ini dimuat dalam salah satu edisi majalah “Katholieke Illustratie” terbitan Belanda yang diceritakan kembali oleh Tetske T. van Der Wal dalam blognya.
Adegan Mandi di Belakang Hotel Bellevue

Pemandangan dari belakang Hotel Bellevue di Buitenzorg (Foto Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT))
Bogor tempo doeloe memang menyimpan fakta yang begitu menarik. Kota yang dinamai Buitenzorg oleh orang Belanda itu tak cuma memiliki Kebun Raya, tapi juga menjadi kediaman sang gubernur jenderal. Letaknya yang dinaungi Gunung Salak membuat kota itu berhawa sejuk dan seringkali disiram hujan. Maka wajar jika Buitenzorg pun menjadi tempat favorit untuk berakhir pekan bagi orang-orang Belanda yang tinggal di Batavia yang panas.

Plesiran di Batavia
Welrevreden adalah kota baru di pinggiran Batavia yang dibangun oleh penguasa Belanda pada pertengahan abad ke-17 sebagai “tempat berteduh”. Di kawasan ini banyak dibangun rumah-rumah peristirahatan dan taman-taman besar, seperti Waterloo Plein (kini Lapangan Banteng), Wilhelmina Park (kini Masjid Istiqlal) dan Koningsplein (kawasan Monas). Lingkungannya yang lebih sehat ketimbang daerah bisnis dan pemerintahan menjadikannya tempat favorit bagi turis-turis asing yang berkunjung ke Batavia.

Mengenang Hotel du Chemin, Buitenzorg

Hotel du Chemin de Fer (1857-1880) yang kini jadi Mapolres Bogor (Foto koleksi: Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute)
Dulu di Bogor, ketika masih bernama Buitenzorg, terdapat tiga hotel yang cukup terkenal: Hotel Bellevue, Hotel du Chemin de Fer dan Hotel Dibbets. Para petinggi kolonial Belanda yang tinggal di Batavia atau turis-turis asing yang sedang menikmati keindahan kota hujan itu sering menginap di ketiga hotel tersebut.
